`

Saturday, June 2, 2007

Chandra Willim : "Kalau ada cerita drama yang menarik, kami juga mau bikin"


Chandra Willim dengan Grandiz Media Production telah melahirkan sejumlah film horor, yakni The Track “12:00 AM” dan “Gotcha”. Pada 2007 ini ia kembali memproduksi film horor terbarunya, bertajuk “Hantu”. Tentang “Hantu” dan film-film produksinya, Chandra Willim menuturkannya pada Indosinema dalam bincang-bincang di kantornya di Green Garden, Kedoya, Jakarta Barat, belum lama berselang. Berikut di bawah ini petikannya.

Film-film produksi Anda sebelumnya memakai sutradara yang sudah berpengalaman, tapi pada “Hantu” ini Anda memakai orang baru, apa pertimbangannya?
Andrianto Sinaga ini memang baru menggarap layar lebar, tapi untuk FTV dia sudah banyak pengalaman. Buat saya yang baru bukan berarti buruk. Siapa tahu justru menyimpan banyak potensi ke depannnya. Berilah kesempatan pada yang baru-baru regenerasi.

Alasan utamanya regenerasi?
Alasan utamanya saya melihat Andrianto ini cukup bagus. Kita coba ke layar lebar. Kita support, kita beri semangat. Andrianto sebelumnya juga art director di film “Jelangkung” salah satu nya.



Soal pemilihan pemain?
Melalui diskusi dengan sutradara.

Baru semua pemainnya…
Ini segmennya remaja, jadi pemainnya ya remaja juga. Akting sinetron maupun layar lebar kan nggak ada perbedaan signifikan. Mereka cukup baik.

Film produksi Grandiz Media Production, hampir semuanya horor, apa latar belakangnya?
Kebetulan cerita horor yang kita dapatkan lebih berkenan dibanding cerita drama. Kalau ada cerita drama yang menarik, kami juga mau bikin. Hanya saja sejauh ini kami belum menemukan cerita yang bagus untuk drama.

Horor lebih menjual?
Ya daya jualnya memang lebih baik dibanding genre lain.

Kalau kita lihat film-film produksi Grandiz Media Production belum ada yang booming, apa strategi bapak untuk film “Hantu” ini?
Promosinya akan lebih kita gencarkan. Kemudian produksinya juga lebih baik, lebih mengenai. Kita perhatikan gambar, warna dan lain-lain.

Apa yang khas dari “Hantu” ketimbang “Gotcha”?
“Gotcha” kan horor komedi, kalau “Hantu” pure horor.

Film-film horor kita dituding tidak mencerdaskan…dan tanpa pesan…
Film kami yang berjudul 12:00 AM membawa pesan, seseorang yang berbuat salah walau tidak diketahui siapa pun, akan ketahuan juga. Kesalahan tidak akan tertutup selamanya. “Gotcha” membawa pesan, jangan suka iseng bongkar-bongkar tempat yang seram. Sementara “Hantu” bercerita sekelompok remaja yang pergi kemping ke tempat angker, jangan bicara sembarangan dan lain-lain… Saya rasa semua produser dalam membuat film menginginkan filmnya selain laku dijual juga memberi makna.

Kabarnya jadwal shooting days semula sebulan, tapi jadi sebulan setengah, sehingga biayanya jadi membengkak…
Ya, semua karena faktor cuaca. Kalau biaya jadi membengkak, itu sudah resiko produser. Memang dibanding film kami sebelumnya, film ini biayanya lebih besar, karena lokasinya yang jauh dan sulit, di pegunungan.

Untuk proses editing dan finishing-nya di mana?
Semuanya di Indonesia. Harganya dengan di luar negeri, saya rasa tidak jauh beda. Hasilnya juga gak kalah dengan luar negeri.

Film yang Anda produksi hampir semunaya horor, Anda percaya dengan hal-hal mistis begitu?
Terus terang, kita yang tinggal di Indonesia memang hal-hal mistis tidak bisa dibilang tidak ada. Saya percaya hal-hal mistis memang ada.

Bisa cerita kenapa Anda terjun di bisnis film?
Grandiz berdiri 2004. Awalnya kita mau bikin sinetron, tapi karena ada tawaran untuk membuat film layar lebar, jadi starting di layar lebar, sampai sekarang. Bisnis lain saya sebelum ini, bahkan sampai sekarang di bidang properti. Saya tertarik ke bisnis film karena saya melihat bisnis di dunia hiburan cukup menjanjikan. Selain itu dari dulu saya senang nonton film, semua jenis film saya sukai.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home